Kamis, 01 Agustus 2019

Life Begin At 40







Siang ini bu boss dinas luar.    Beberapa teman seruangan yang masih muda pun bersuka-cita.  Mereka asik ngebakso sambil ngerumpi.  Saya yang berusia ‘mateng pohon’ nggak ikutan nimbrung, lha nggak seru kalau saya ikutan ngobrol, kesannya seperti emak-emak sotoy.    Tapi, saya penasaran, jadilah saya pura-pura main Hp padahal kupingnya nyimak obrolan mereka (ups ini masuk prilaku munafik gak sih?).

“Life begin at 40,” cetus teman muda saya yang bergaya rambut ala aktor Meteor Garden.

“Bener tuh, profil seseorang baru ketahuan saat dia berumur 40 atau 50 tahun.  Kalau saat usia segitu dia mencapai pucak kesuksesan dalam karir atau usaha, artinya dia beneran sukses.  Tapi jalan menuju kesuksesan  harus dirintis saat kita umur 30-an,” timpal temannya, pemuda necis anti debu.

Saat mendengar komentar mereka, mulut saya pun berkhianat.  “Kesuksesan tak hanya diukur berdasarkan karir, seorang pejabat kecamatan pernah bilang kalau orang belum punya rumah pribadi saat berumur 40-an bisa dikatakan tidak pandai mengelola hidup.  Ups.”

Saya langsung menggigit bibir sambil menyumpahi diri sendiri, ngapain ikutan nimbrung sih.  Untungnya teman-teman muda saya nggak terlalu nyimak komentar saya dan mulai berganti topik tentang kecanduan main game online semasa remaja.  Bahkan ada yang batal puasa karena nggak sempat sahur gara-gara keasikan main game online.  Ho ho ho itu bukan urusan saya.

Hm, tapi gara-gara perbincangan mereka, saya jadi berfikir makna kesuksesan dan kemapanan sesungguhnya.  Bagaimana kalau ada orang bergelimang harta tapi hasil korupsi? Sukses berkarier karena pandai menjilat atasan?  Apakah menyenangkan punya rumah yang megah tapi miskin kasih sayang?

Maka, saya akhirnya memutuskan bahwa manusia berumur 40-an yang sukses adalah yang paling pandai menata hidup agar sesuai tuntunan Yang Maha Kuasa.   Mereka berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan duniawi tanpa mengabaikan ajaran agama.  Mereka selalu berusaha berbuat baik pada sesama sesuai kadar kemampuannya.  Ya gitu deh, kalau menurut kamu bagaimana?

Rabu, 01 Agustus 2018

(Behind The Scene) Festival Kopi Bogor Jilid II

Image result for festival kopi bogor 2018


Salam Kopi Bogor,
Uh, sungguh melelahkan berjibaku sebulan penuh untuk mempersiapkan Festival Kopi Bogor Jilid 2.  Kami (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor beserta EO 3P Management) mengundang para anggota kelompok tani dan pelaku usaha kopi di Jawa Barat agar berkenan mengisi stand festival.  Beberapa calon tenant berhalangan hadir karena akan menghadiri acara serupa di tempat berbeda.  Wuf, kalah start deh.   Seminggu sebelum Hari-H, kami berkerja hingga matahari menghilang dari peredarannya demi mewujudkan festival kopi nan spektakuler.


Kamis, 18 Januari 2018

Sekadar Curhat


Di sela-sela kesibukan kerja, saya sering bertukar-cerita dengan ibu boss yang pintar dan bijaksana.  Isi obrolan kami beragam, dari mulai masalah pekerjaan sampai hubungan pasutri (ehm).  Nah, kemarin ibu boss bercerita tentang perjuangan salah seorang sahabatnya dalam mempertahankan pernikahan.

Sobat ibu boss, anggap saja namanya Amel, adalah wanita karir nan berpenampilan gemilang.  Tidak seperti saya yang pulang-pergi kantor 'mbonceng' motornya suami (kebetulan lokasi kantor kami berdekatan), Bu Amel selalu mengendarai mobil model mutakhir kemana pun dia ingin pergi (eh, tapi kalau ke warung dekat rumah nggak pakai mobil kok).   Saat kehujanan di atas motor, saya sering membayangkan betapa nikmatnya punya fasilitas seperti Bu Amel.   Nggak kehujanan.  Tetap tampil cantik sampai sore karena kosmetiknya nggak luntur.   Apalagi nominal penghasilannya sampai 8 digit, sangat memungkinkan beliau untuk hangout di tempat-tempat mentereng sepulang kerja.  Sejujurnya, saya agak iri dengan Bu Amel.

Tapi, percakapan dengan ibu boss, meyakinkan saya bahwa penampilan fisik bukanlah tolak ukur kebahagiaan.  Ternyata Bu Amel pernah menghadapi masalah pelik dalam rumah tangganya.  Suaminya pernah mencintai wanita lain.  Sedemikian cinta hingga berniat menceraikan Bu Amel.  Tapi, Bu Amel 'keukeuh' nggak ingin bercerai.  Beliau bahkan rela dimadu demi keutuhan rumah tangganya.  Salut ya.   Untunglah suaminya insyaf, dan memutuskan kembali pada keluarga kecilnya.  Sekarang mereka mulai menguatkan kembali pondasi bangunan rumah tangga yang nyaris runtuh.

Sekian dulu curhat saya ya.  Ngomong-ngomong, pagi tadi  saya 'mbonceng' suami dengan mata berkaca-kaca lho.  Hati saya gerimis, penuh rasa syukur pada Yang Maha Pengasih, yang telah menganugerahi saya suami yang setia dan bertanggung -jawab selama dua puluh tahun terakhir ini.

Bogor,  18 Januari 2018

Kamis, 04 Januari 2018

Pantang Mengemis


Karya Non Fiksi Fabina Lovers

Sebagai penjual bantal keliling, Bapak Mudiarso (67 tahun) harus berjalan kaki sejauh 3 km demi mencari pembeli.  Lengan kanan beliau buntung (maaf), hingga beliau terpaksa menggunakan geliginya untuk mengemasi barang dagangan.  Segala jerih payah beliau didedikasikan bagi isteri dan 4 orang anaknya di kampung halaman.

Senin, 18 Desember 2017

Barista Kehidupan



Gadis bermata bening dan secangkir latte dalam genggamannya, menjadi pemandangan nan memikat hati Rindang, pramusaji yunior di Kafe Bumi.  Gerak- gerik gadis itu saat menghidu aroma kopi begitu gemulai, bagai penari serimpi di istana sultan.

Kamis, 31 Maret 2016

Fitrah


Fiksi by Fabina Lovers

Kamilah keluarga tikus paling bergaya.  Ibuku senantiasa menyelaraskan warna gaunnya  dengan warna mobil yang dikendarainya.  Bila ibuku bepergian dengan busana bernuansa ungu, mobilnya pun ungu.   Jumlah mobil kepunyaan ibu melebihi bilangan jemari, walaupun tak tergolong mobil mewah.  Ayahku lebih praktis, hanya memiliki sebuah mobil. Tapi, harga mobil ayah setara  gaji seratus orang guru  honorer SD selama sepuluh tahun.

Jumat, 25 Maret 2016

Cerbung : Rainbow (II-3)

Cerbung Fabina Lovers


Dor...terdengar suara letusan pistol.  Philip tersungkur di bibir kolam renang. Pria tampan itu sontak meraba pelipisnya. 

Kamis, 24 Maret 2016

Cerbung : Rainbow (II-2)

Cerbung Fabina Lovers

Philip Brandy memiliki tinggi 190 cm dan berat badan 80 kg.  Raut wajahnya mirip  Tom Cruise, aktor idola wanita dekade sembilan puluhan.  Hati wanita normal akan meleleh bila menatap sorot matanya yang teduh, apalagi bila sempat berbincang-bincang dengannya.  Philip berbicara layaknya alumnus perguruan tinggi terkemuka, dan berpenampilan ala kaum aristokrat Inggris.

Senin, 21 Maret 2016

Cerbung : Rainbow (II-1)

Cerbung Fabina Lovers

Debur ombak bisa terdengar seperti nyanyian surgawi.  Gaungnya menelusup hingga palung hati.  Samudra berwarna safir membentang seluas jangkauan pandangan,  hingga bercumbu dengan langit biru muda pada garis horison.  Seluruh alam membiru, warna kedamaian dan kesetiaan.  Seperti Minny yang setia mengunjungi pantai perawan di kawasan Gianyar.  Ia berharap kemolekan pemandangan pantai akan mengikis laranya, sebagaimana air laut mengikis batu karang.   Harapan yang belum terwujud hingga detik ini.