Kamis, 01 Oktober 2015

Berada Di Titik Nol (Untuk Wanita)

Hasil gambar untuk gambar manusia tersenyum

Karya Non Fiksi Fabina Lovers



Sebagai mahluk sosial, kita tak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain.  Orang lain memecahkan kesulitan kita.  Orang lain menyenangkan hati kita.  Orang lain menemani kita saat bersedih.  Maka, kita akan merasa sebagai manusia termalang di dunia saat tak seorang pun peduli pada kita.

Kadang hidup ini tidak adil.  Mengapa ada orang yang demikian populer sehingga semua orang ingin berteman dengan dia?  Mengapa pula ada orang yang terisolasi dari kehidupan sosial?  Ternyata pola hubungan kita dengan orang lain selaras dengan watak kita.  Orang yang populer biasanya berkepribadian terbuka, suka memerhatikan orang lain, humoris dan tidak pendendam.  Nah, bila kita hanya senang diperhatikan, mudah tersinggung dan tak peka terhadap humor, bersiap-siaplah untuk tidak populer.

Kita mungkin pernah merasa diri kita dihianati oleh orang yang kita kasihi.  Aku menyayangi dia.  Aku selalu menolong dia saat kesulitan.  Segala kebaikanku tercurah untuk dia.  Tapi, mengapa ia tega berbuat jahat kepadaku?  Nah kawan, bila anda berbuat baik demi mendapatkan balasan kebaikan pula,  maka anda harus bersiap kecewa.  Di dunia ini,  hanyalah ibu kandung yang menyayangi kita tanpa pamrih (catatan : selama ibu kandung kita tidak mengidap kelainan jiwa).  Ibu kandunglah yang selalu berbuat baik pada kita sekalipun kita telah menyakitinya.  Semua orang selain ibu kandung berpotensi menjadi penghianat. 

Hm, apakah kita harus selalu waspada pada suami, anak maupun sahabat?  Ya, tak perlu sedrastis itu.  Maksudnya, kita menyayangi mereka tanpa pamrih.  Hanya mengharap balasan kebaikan dari Yang Maha Adil.  Memang bisa?  Tentu saja bisa.   Selama kita mengkalibrasi pikiran kita pada titik nol.  Maksudnya, kita tak membiarkan pikiran kita terlalu memuja  ataupun berprasangka  buruk pada seseorang.    Jadi, ketika seseorang berbuat tidak menyenangkan, kita tak merasakan sakit hati mendalam. 

Sejak remaja, saya berusaha mengkalibrasi pikiran.    Maaf, saya akan membuat pengakuan.  Sebenarnya, saya tak membiarkan hati saya terjerumus dalam pesona kaum adam.    Apakah saya tidak mencintai suami saya?  Tentu saja saya mencintai beliau, tapi dalam batasan wajar.   Saya berusaha mentaati suami saya demi melaksanakan perintah Allah.  Saya berbuat baik pada suami karena berharap balasan dari zat Yang Maha Kekal.  Maka, bila suami saya (tak sengaja) menyakiti hati, saya tak pernah marah dalam jangka waktu lama.  Saya selalu kembali bersikap hangat kepadanya.    

Hm, sebenarnya kaum pria suka sekali bila isterinya bermanja-manja seperti wanita penghibur kepada pelanggannya.  Tak percaya, cobalah lakukan hal ini pada suami anda!  Pujilah dia!  Bergelayutlah di lengannya!  Dengarkan seluruh keluh kesahnya di tempat kerja!  Pertama-tama, dia akan keheranan dan beranggapan anda minta dibelikan sesuatu.  Tapi, bila anda berhasil membuktikan bahwa anda melakukan hal itu karena ingin ‘menggoda’ dia, lihatlah apa yang akan terjadi?  Suami anda akan terpikat kembali pada anda, sekalipun ukuran lingkar pinggang anda setara kuali besar.

Nah, sekarang saya mau bicara kepada para gadis.  Mungkin ada di antara anda yang tidak bisa move on dari mantan.  Habis, dia begitu memikat sih.  Tak ada pria yang bisa membuat saya tertawa seperti dia.  Saya mencintainya dengan segenap hati.   Ketika ia meninggalkan saya, hati ini  hancur berkeping-keping.  Come on girls, Allah membuat hati kita dari bahan anti pecah.  Pikiran buruklah  yang membuat kita meyakini hati ini telah hancur.  Padahal, hati kita masih utuh dan berfungsi dengan baik. 

Sebenarnya kebanyakan dari kita tak bisa menerawang masa depan.  Allah memisahkan kita dari ‘sang pujaan hati’ demi kebaikan kita.  Girl, mari simak kisah teman saya dan pasangannya!  Secara kasat mata, mereka adalah pasangan ideal.  Perempuannya cantik dan prianya ganteng.   Masa pacaran mereka sangat indah.  Sang pria sangat setia pada kekasihnya.  Saat kekasihnya dirawat di rumah sakit, sang pria nyaris tak beranjak dari sisi pembaringannya.  

Kemudian mereka menikah dan dikaruniai empat orang anak.  Cobaan terjadi saat perkawinan menginjak tahun ketujuh belas.    Sang pria memiliki ‘isteri siri’.  Teman wanita saya pasrah menerima gaji ala kadarnya.  Sisanya untuk ‘isteri muda’.  Mau minta cerai tidak mungkin.  Teman wanita saya itu tidak bekerja.  Lagipula ia tak siap menyandang status janda.  Duhai para gadis, apakah anda siap bernasib seperti teman wanita saya itu?  Apakah anda siap menikahi ‘kekasih tercinta’ untuk diduakan di kemudian hari? 

Sekali lagi saya tekankan, kembali ke titik nol adalah sumber kebahagiaan.  Ubahlah pola pikir kita yang serba terlalu!  Terlalu berprasangka baik atau kebalikannya.  Dengan demikian, kita tak akan berharap terlalu banyak pada manusia.  Saat berada di titik nol, interaksi kita dengan berbagai tipe manusia akan lebih menyenangkan.  Bukan mustahil bila interaksi tersebut kian mendalam hingga bermuara pada pernikahan.   

Ya, dunia ini luas.  Banyak hal menyenangkan akan terjadi bila kita mau membuka diri. Saya mau berbagi cerita tentang adik saya yang cantik (boleh ya dek?).  Adik saya dikecewakan oleh pria yang ia cintai saat berusia duapuluh tahun.    Hatinya hancur berkeping-keping.  Butuh waktu dua tahun untuk membuatnya normal kembali.  Kemudian, adik saya berusaha mencari the right man yang akan melengkapi hidupnya.  Beberapa pria mendekat, dan tak lama kemudian menghilang.  Penyebabnya tak jelas.  Adik saya pun terpuruk dalam kesedihan.  Sementara usianya merambat ke angka tigapuluh empat.  Oh, adik saya mulai tak percaya diri.  Dia merasa dirinya tak pantas dicintai. 

Pada pertengahan usia tigapuluh empat, adik saya berkenalan dengan seorang pemuda berusia tigapuluh tiga tahun.  Semula ia ragu menerima uluran perkenalan pemuda itu.  Tapi, kami berupaya meyakinkannya agar membuka diri.   Jodoh memang tak kemana?  Tahukah anda?   Adik saya bertunangan dengan pemuda itu beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke tigapuluh lima.  Tiga bulan setelah bertunangan, mereka menikah.  Kini, mereka menjalani rumah tangga sakinah dan telah dikaruniai satu orang anak.  Rencana Allah memang paling sempurna.

Mudah-mudahan kawan yang masih menjomblo terinspirasi dengan kisah tersebut.  Percayalah, jodoh anda telah ditentukan Allah.  Bila hingga akhir hayat anda tak kunjung bertemu jodoh, maka jodoh anda adalah pria tampan penghuni surga.   Tetaplah bersemangat menjalani hidup.  Tentunya tak luput menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

-- 000 --
Ilustrasi dari newsterupdate.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar