Karya Non Fiksi Fabina Lovers
Sebagai mahluk sosial, kita tak
dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain. Orang lain memecahkan kesulitan kita. Orang lain menyenangkan hati kita. Orang lain menemani kita saat bersedih. Maka, kita akan merasa sebagai manusia termalang
di dunia saat tak seorang pun peduli pada kita.
Kadang hidup ini tidak adil. Mengapa ada orang yang demikian populer sehingga semua orang ingin berteman dengan dia? Mengapa pula ada orang yang terisolasi dari kehidupan sosial? Ternyata pola hubungan kita dengan orang lain selaras dengan watak kita. Orang yang populer biasanya berkepribadian terbuka, suka memerhatikan orang lain, humoris dan tidak pendendam. Nah, bila kita hanya senang diperhatikan, mudah tersinggung dan tak peka terhadap humor, bersiap-siaplah untuk tidak populer.
Kita mungkin pernah merasa diri kita dihianati oleh orang yang kita kasihi. Aku
menyayangi dia. Aku selalu menolong dia
saat kesulitan. Segala kebaikanku
tercurah untuk dia. Tapi, mengapa ia
tega berbuat jahat kepadaku? Nah kawan,
bila anda berbuat baik demi mendapatkan balasan kebaikan pula, maka anda harus bersiap kecewa. Di dunia ini, hanyalah ibu kandung yang menyayangi kita
tanpa pamrih (catatan : selama ibu kandung kita tidak mengidap kelainan jiwa). Ibu kandunglah yang selalu berbuat baik pada
kita sekalipun kita telah menyakitinya.
Semua orang selain ibu kandung berpotensi menjadi penghianat.
Hm, apakah kita harus selalu waspada pada suami,
anak maupun sahabat? Ya, tak perlu
sedrastis itu. Maksudnya, kita menyayangi
mereka tanpa pamrih. Hanya mengharap
balasan kebaikan dari Yang Maha Adil.
Memang bisa? Tentu saja bisa. Selama kita mengkalibrasi pikiran kita pada
titik nol. Maksudnya, kita tak
membiarkan pikiran kita terlalu memuja ataupun berprasangka buruk pada seseorang. Jadi,
ketika seseorang berbuat tidak menyenangkan, kita tak merasakan sakit hati
mendalam.
Sejak remaja, saya berusaha
mengkalibrasi pikiran. Maaf, saya akan membuat pengakuan. Sebenarnya, saya tak membiarkan hati saya
terjerumus dalam pesona kaum adam. Apakah saya tidak mencintai suami saya? Tentu saja saya mencintai beliau, tapi dalam
batasan wajar. Saya berusaha mentaati suami saya demi
melaksanakan perintah Allah. Saya
berbuat baik pada suami karena berharap balasan dari zat Yang Maha Kekal. Maka, bila suami saya (tak sengaja) menyakiti
hati, saya tak pernah marah dalam jangka waktu lama. Saya selalu kembali bersikap hangat kepadanya.
Hm, sebenarnya kaum pria suka sekali bila isterinya bermanja-manja seperti wanita penghibur kepada pelanggannya. Tak percaya, cobalah lakukan hal ini pada suami anda! Pujilah dia! Bergelayutlah di lengannya! Dengarkan seluruh keluh kesahnya di tempat kerja! Pertama-tama, dia akan keheranan dan beranggapan anda minta dibelikan sesuatu. Tapi, bila anda berhasil membuktikan bahwa anda melakukan hal itu karena ingin ‘menggoda’ dia, lihatlah apa yang akan terjadi? Suami anda akan terpikat kembali pada anda, sekalipun ukuran lingkar pinggang anda setara kuali besar.
Hm, sebenarnya kaum pria suka sekali bila isterinya bermanja-manja seperti wanita penghibur kepada pelanggannya. Tak percaya, cobalah lakukan hal ini pada suami anda! Pujilah dia! Bergelayutlah di lengannya! Dengarkan seluruh keluh kesahnya di tempat kerja! Pertama-tama, dia akan keheranan dan beranggapan anda minta dibelikan sesuatu. Tapi, bila anda berhasil membuktikan bahwa anda melakukan hal itu karena ingin ‘menggoda’ dia, lihatlah apa yang akan terjadi? Suami anda akan terpikat kembali pada anda, sekalipun ukuran lingkar pinggang anda setara kuali besar.
Nah, sekarang saya mau bicara
kepada para gadis. Mungkin ada di antara
anda yang tidak bisa move on dari
mantan. Habis, dia begitu memikat sih. Tak ada pria yang bisa membuat saya tertawa
seperti dia. Saya mencintainya dengan
segenap hati. Ketika ia meninggalkan
saya, hati ini hancur berkeping-keping. Come on
girls, Allah membuat hati kita dari
bahan anti pecah. Pikiran buruklah yang membuat kita meyakini hati ini telah hancur. Padahal, hati kita masih utuh dan berfungsi
dengan baik.
Sebenarnya kebanyakan dari kita
tak bisa menerawang masa depan. Allah
memisahkan kita dari ‘sang pujaan hati’ demi kebaikan kita. Girl,
mari simak kisah teman saya dan pasangannya!
Secara kasat mata, mereka adalah pasangan ideal. Perempuannya cantik dan prianya ganteng. Masa
pacaran mereka sangat indah. Sang pria
sangat setia pada kekasihnya. Saat kekasihnya
dirawat di rumah sakit, sang pria nyaris tak beranjak dari sisi pembaringannya.
Kemudian mereka menikah dan dikaruniai empat orang anak. Cobaan terjadi saat perkawinan menginjak tahun ketujuh belas. Sang pria memiliki ‘isteri siri’. Teman wanita saya pasrah menerima gaji ala kadarnya. Sisanya untuk ‘isteri muda’. Mau minta cerai tidak mungkin. Teman wanita saya itu tidak bekerja. Lagipula ia tak siap menyandang status janda. Duhai para gadis, apakah anda siap bernasib seperti teman wanita saya itu? Apakah anda siap menikahi ‘kekasih tercinta’ untuk diduakan di kemudian hari?
Kemudian mereka menikah dan dikaruniai empat orang anak. Cobaan terjadi saat perkawinan menginjak tahun ketujuh belas. Sang pria memiliki ‘isteri siri’. Teman wanita saya pasrah menerima gaji ala kadarnya. Sisanya untuk ‘isteri muda’. Mau minta cerai tidak mungkin. Teman wanita saya itu tidak bekerja. Lagipula ia tak siap menyandang status janda. Duhai para gadis, apakah anda siap bernasib seperti teman wanita saya itu? Apakah anda siap menikahi ‘kekasih tercinta’ untuk diduakan di kemudian hari?
Sekali lagi saya tekankan,
kembali ke titik nol adalah sumber kebahagiaan.
Ubahlah pola pikir kita yang serba terlalu! Terlalu berprasangka baik atau kebalikannya. Dengan demikian, kita tak akan berharap
terlalu banyak pada manusia. Saat berada
di titik nol, interaksi kita dengan berbagai tipe manusia akan lebih
menyenangkan. Bukan mustahil bila
interaksi tersebut kian mendalam hingga bermuara pada pernikahan.
Ya, dunia ini luas. Banyak hal menyenangkan akan terjadi bila
kita mau membuka diri. Saya mau berbagi
cerita tentang adik saya yang cantik (boleh ya dek?). Adik saya dikecewakan oleh pria yang ia
cintai saat berusia duapuluh tahun. Hatinya hancur berkeping-keping. Butuh waktu dua tahun untuk membuatnya normal
kembali. Kemudian, adik saya berusaha
mencari the right man yang akan
melengkapi hidupnya. Beberapa pria
mendekat, dan tak lama kemudian menghilang.
Penyebabnya tak jelas. Adik saya
pun terpuruk dalam kesedihan. Sementara
usianya merambat ke angka tigapuluh empat.
Oh, adik saya mulai tak percaya diri.
Dia merasa dirinya tak pantas dicintai.
Pada pertengahan usia tigapuluh empat, adik saya berkenalan dengan seorang pemuda berusia tigapuluh tiga tahun. Semula ia ragu menerima uluran perkenalan pemuda itu. Tapi, kami berupaya meyakinkannya agar membuka diri. Jodoh memang tak kemana? Tahukah anda? Adik saya bertunangan dengan pemuda itu beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke tigapuluh lima. Tiga bulan setelah bertunangan, mereka menikah. Kini, mereka menjalani rumah tangga sakinah dan telah dikaruniai satu orang anak. Rencana Allah memang paling sempurna.
Pada pertengahan usia tigapuluh empat, adik saya berkenalan dengan seorang pemuda berusia tigapuluh tiga tahun. Semula ia ragu menerima uluran perkenalan pemuda itu. Tapi, kami berupaya meyakinkannya agar membuka diri. Jodoh memang tak kemana? Tahukah anda? Adik saya bertunangan dengan pemuda itu beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke tigapuluh lima. Tiga bulan setelah bertunangan, mereka menikah. Kini, mereka menjalani rumah tangga sakinah dan telah dikaruniai satu orang anak. Rencana Allah memang paling sempurna.
Mudah-mudahan kawan yang masih
menjomblo terinspirasi dengan kisah tersebut.
Percayalah, jodoh anda telah ditentukan Allah. Bila hingga akhir hayat anda tak kunjung
bertemu jodoh, maka jodoh anda adalah pria tampan penghuni surga. Tetaplah bersemangat menjalani hidup. Tentunya tak luput menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
-- 000 --
Ilustrasi dari newsterupdate.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar