Sabtu, 09 Januari 2016

Cinta Candy




FIKSI FABINA LOVERS

Nino duduk termangu di kamarnya. Sorot matanya menyiratkan luka. Hatiku remuk redam.  Sejak pertama kali menjejakan kaki di rumah ini, aku jatuh cinta pada pemuda berparas lucu itu.  Aku beringsut mendekati Nino. Berupaya melipur laranya.

“Candy, aku patah hati.”  Nino memelukku, menumpahkan tangis di bahuku.

Aku tak bersuara.  Aku mengerti, orang yang tengah bersedih hanya perlu dipahami, bukan dinasehati.

“Ternyata  Icha hanya menganggapku teman baik.   Sia-sia pengorbananku selama ini.”  Nino berkubang tangis.

Aku menatap Nino melalui bola mata bertudung pelangi. Hatiku menyanyikan balada cinta: 'Nino, beku hatiku karna merindu.  Berpilin rasa karna cemburu melihatmu bermesraan dengan wanita lain.  Mengapa tak kau sadari, pemilik cinta putih yang setia menanti di selasar kamarmu?'

“Candy, terima kasih udah bersedia dengar curhatku.  Sekarang perasaanku agak ringan.  Keluar gih,   kamu dipanggil mama!”

Dari luar kamar terdengar suara lembut seorang wanita memanggil namaku.  Aku terpaksa meninggalkan Nino untuk menemuinya.  Tak tega mengabaikan panggilan wanita berhati mulia itu.

Beberapa hari kemudian, Nino normal lagi. Mulai menggoda adik semata wayangnya hingga bocah itu menjerit-jerit. Ah, pujaan hatiku sudah melupakan ‘mantan’nya.  Semoga dia menyadari kehadiranku, mahluk paling manis di rumah ini.

“Ma, ini Nila.”  Suatu hari Nino membawa seorang gadir manis berponi ke rumah.  Saat itu aku tengah bersantai di kursi malas dekat kolam renang.  

“Hati-hati, Nino playboy!  Jangan dekat-dekat dia!”  Mama menggoda Nino.

“Jangan dengerin Mama, Nila!  Mama cemburu kalau aku bawa cewek ke rumah.  Maunya sih aku jadi anak manis yang main mobil-mobilan dekat kakinya,” tukas Nino dengan mimik kocak.  Mereka tertawa ceria.

Tawa mereka mencabik gendang telingaku.  Aku tak tahan lagi.  Aku lantas turun dari kursi malas, perlahan melintasi mereka.  Aku mendambakan sapa mereka.  Sayangnya, tak seorang pun memedulikanku.  Betapa sakit perasaanku.

'Lihatlah orang-orang tersayang, kalian akan menyesal telah menyakitiku!' Aku menjerit dalam hati.

“Berhenti Pa, kita nabrak sesuatu!”  Terdengar seruan seorang gadis.

Bapak dan anaknya turun dari mobil, menghampiri tubuhku yang bersimbah darah.

“Ya Ampun, kita menabrak seekor anggora.”  Sang bapak melepas jaketnya untuk membungkus tubuhku.

“Aduh, mudah-mudahan kucing ini masih bisa diselamatkan,” kata sang gadis.

Sayup kudengar jeritan gadis kecil. “Mama, Kak Nino, Candy ketabrak mobil.”

Lalu, terdengar derap kaki menghampiriku.  “Candy, candy, jangan pergi!  Aku mencintaimu.”  Tiba-tiba tubuhku telah berada dalam dekapan Nino.  Hatiku bahagia mendengar pengakuan Nino. Selanjutnya, aku tak bisa lagi mendengar bebunyian dunia ini.

-TAMAT  -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar