Karya Fiksi Fabina Lovers
Muti membacakan teka-teki sambil
mengulum senyum. “Aku adalah awal dan akhir peradaban mulia. Bukalah diriku pada halaman kedua dari bagian
sebagaimana kau harus membacanya. Pada
surat kedua, kau akan temukan petunjuknya.”
“Eh Kresna, apa maksud teka-teki aneh
ini?” tukas Muti. Dahinya berkerut-kerut
serupa cucian belum disetrika.
“Aku sudah tahu jawabannya. Tapi, aku nggak ingin ikut audisi ini. Bagaimana kalau aku yang jadi pemenang? Aku nggak pantas jadi pendamping Kresna.” Tetes air mata membasahi pipi Murni. Gadis itu berdiri dan berjalan tertatih-tatih memakai
tongkatnya.
Kresna menghentikan langkah gadis
itu dengan menyekal lengannya. “Murni,
aku senang jika Kamu memenangkan audisi ini.
Berjuanglah, karena cinta adalah
perjuangan,” bisik Kresna. Murni
terkesima. Ia merasakan ketulusan
Kresna.
“Baiklah Kresna, aku akan ikut
audisi ini. Aku ingin memenangkan
hatimu,” gumam Murni. Kresna bersorak
girang hingga mendapat peringatan dari penjaga perpustakaan.
“Murni, aku tunggu kamu hari sabtu
nanti di tempat sesuai petunjuk teka-teki!
Ingatlah, kamu juara di hatiku!” kata Kresna sebelum berlari keluar
perpustakaan.
“Romantis sekali,” kata beberapa
pengunjung perpustakaan dengan suara pelan.
Murni tak mendengar suara lain di sekitarnya, ia hanya mendengar debar
jantungnya yang menggelora bagai ombak pantai selatan.
“Murni, kamu butuh bantuanku untuk
audisi ini?” Pertanyaan Muti
mengembalikan kesadaran Murni.
“Ya Teh, bawa aku ke peternakan
sapi milik orang tua Kresna hari sabtu nanti.”
“Peternakan sapi?”
“Awal dan akhir peradaban mulia
adalah Al Quran. Surat kedua Al Quran
adalah Al Baqarah, sapi betina. Orang
tua Kresna punya peternakan sapi. Kalau
dihubungkan dengan teka-teki Kresna itu, petunjuk permainan ini ada di
peternakan milik orang tuanya,” jelas Murni dengan wajah berbinar. Muti mengagumi kecerdasan gadis difabel itu.
******
Peternakan sapi keluarga Kresna
terletak di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan, berjarak sekitar 42 km arah
barat dari Kota Bogor. Lokasi peternakan
berada pada ketinggian 600 dpl hingga
udaranya terasa sejuk. Kondisi alam masih asri. Udara bersih dan segar. Para petani menyapa ramah orang-orang yang
melintasi lahan olahannya. Berada di
sana seolah kembali ke abad lampau.
Muti mengendarai SUV milik keluarga Murni. Di sisinya, Murni duduk santai. Murni
menikmati panorama alam dengan segenap indera yang dimiliknya. Kedua gadis itu membiarkan kaca jendela
terbuka, hingga udara segar mengaliri
kabin mobil. Tembang Amazing
milik Jemz mengalun merdu dari piranti musik canggih dalam kendaraan.
Muti menghentikan kendaraan untuk
bertanya pada seorang pejalan kaki. “Punten
pak, upami peternakan sapi kagungan Haji Zarkasi dimana nyak? tanya Muti
dalam bahasa sunda.
“Tos cakeut, Neng. Engke di payun
aya parapatan, mengkol katuhu teras wae, tah kirang langkung saratus meter ti
dinya teh aya plang nu ageung,
PETERNAKAN ZARKASI kitu seratanna upami teu lepat mah,” jelas bapak pejalan
kaki dengan wajah ramah.
“Nuhun, pak,” kata Muti sambil tersenyum. Murni dan Muti melambaikan tangan pada si bapak yang ramah saat kendaraan melaju ke alamat tujuan.
Ternyata orientasi arah orang desa
kurang akurat. Letak peternakan masih jauh dari perempatan jalan, bukan seratus
meter seperti yang dikatakan bapak tadi.
Mereka melewati jalan semi aspal dengan topografi mendaki dan menurun. Untunglah Muti sangat ahli mengendarai
mobil. Setelah melaju sekitar 1 km dari
perempatan jalan, sampailah mereka di depan peternakan. Seorang satpam menjaga gerbang peternakan.
“Selamat datang, Teteh-teteh ini
peserta audisi ya?" sapa Pak Satpam.
“Benar, Pak,” jawab Muti dan Murni
serempak.
“Oke, silahkan bawa tanda peserta
ini! Kang Kresna menunggu kalian di lapangan rumput. Sudah ada sekitar duapuluh orang gadis yang
berkumpul.”
Sejurus kemudian, kedua gadis tiba
di lapangan rumput. Mereka melihat Kresna
tengah duduk di bawah pohon mahoni.
Duapuluh orang gadis dari berbagai fakultas mengelilingi Kresn, ibarat para harem mengerumuni sang raja.
“Selamat datang, Murni,” sapa
Kresna. Beberapa orang gadis melirik
sinis pada Murni lalu berbisik-bisik antara mereka. Entah apa yang mereka bicarakan. Untung saja Murni tak melihat perilaku
mereka.
“Teman-teman, saya ucapkan selamat
karena kalian berhasil memecahkan teka-teki pertama. Sekarang saya punya teka-teki lagi, dan
teka-teki ini akan membawa kalian pada teka-teki lainnya. Semuanya ada empat teka-teki. Pemenangnya adalah peserta yang tercepat menemukan benda sesuai petunjuk
teka-teki terakhir,” jelas Kresna pada peserta Audisi. “Oke, sekarang saya akan membagikan teka-teki
kedua.”
Muti membacakan teka-teki kedua
untuk Murni. “Akulah hewan sakti dalam mitologi tiongkok. Aku menjelma dalam pangan kaya nutrisi nan
bergengsi. Di selasar persemayamanku, kau akan temukan petunjuk itu.”
Murni menyeret Muti menjauhi
peserta lainnya. “Teh, apakah di sini ada kebun buah naga?” bisik Murni.
“Ah, kamu seperti cenayang. Ada, di sana, ke arah utara,” jawab Muti
sambil berbisik pula.
Kedua gadis itu berjalan ke arah
kebun buah naga. Sementara peserta
lainnya berlarian menuju patung naga yang berada di taman kecil dekat kandang
burung. Arahnya berlawanan dengan kebun
buah naga. Mereka menertawakan
Murni. Menurut mereka, Murni salah arah.
“Berkurang satu saingan nih,”
teriak Juwita, gadis yang terkenal sebagai atlet serba bisa.
“Murni, cewek-cewek itu cari petunjuk
di patung naga. Tampaknya kita salah
arah.” Muti menyekal lengan Murni untuk menghentikan langkahnya.
“Justeru mereka yang salah
arah. Ayo Teh, kita harus buru-buru,
sebelum para cewek itu menyadari kesalahannya!” Murni menyeret lengan
Muti.
-BERSAMBUNG-
Catatan :
Punten pak, upami peternakan sapi kagungan Haji Zarkasi dimana nyak
artinya : maaf peternakan haji zarkasi dimana?
Tos cakeut, Neng. Engke di payun aya parapatan, mengkol katuhu teras wae, tah kirang langkung saratus meter ti dinya teh aya plang nu ageung
artinya : sudah dekat, nanti di depan ada perempatan belok kanan, terus nah kurang lebih seratus meter dari sana ada plang besar
gambar milik jinglepuffbutik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar