Karya Fiksi Fabina Lovers
Musim penghujan adalah parade
musik bagi Murni. Telinganya yang peka menangkap beragam ritme rintik hujan saat
menerpa bumi dan seisinya.
Hujan berintensitas ringan terdengar bagai lagu kanak-kanak, lincah dan riang. Hujan berintensitas sedang membunyi laksana lagu cinta, mendayu syahdu. Hal yang paling tidak disukai Murni adalah hujan badai. Hujan badai menghentak serupa musik heavy mental, terasa memekakan telinga.
Hujan berintensitas ringan terdengar bagai lagu kanak-kanak, lincah dan riang. Hujan berintensitas sedang membunyi laksana lagu cinta, mendayu syahdu. Hal yang paling tidak disukai Murni adalah hujan badai. Hujan badai menghentak serupa musik heavy mental, terasa memekakan telinga.
Seusai menghadiri mata kuliah
Hukum Acara Perdata, Murni duduk seorang diri di kantin kampus. Rinai hujan mengirimkan nada indah ke
telinganya. Hari ini hujan berintensitas
sedang. Hujan kesukaan Murni. Bau tanah basah mencumbui penciuman Murni. Sesekali Murni menyesap moccacino hangat
pesanannya. Kehangatan moccacino
menelusup sampai relung hatinya. Suasana
sore terasa damai.
Suara langkah berat berikut
hempasan tubuh pada kursi, mengusik kedamaian Murni. “Kamu lagi galau, Kresna?” Murni tersenyum pada lelaki tampan di hadapannya.
“Ah Murni, bagaimana kamu tahu ini
aku?”
“Tentu saja tahu. Aku hapal caramu melangkah juga aroma khas
tubuhmu.”
Kresna terkesima. “Kamu selalu membuatku takjub,” puji Kresna,
tulus.
“Tuhan mengambil sepasang mataku
dan menggantinya dengan mata lain di sekujur tubuhku. Aku bahkan bisa melihat segala hal yang tak
tampak oleh mata normal. Menurut
penglihatanku, kamu putus asa dengan kehidupanmu. Walaupun di hadapan semua
orang kamu berperan sebagai Kresna si periang.”
Kresna tertawa sumbang. “Jangan pancing aku untuk curhat.
Setiap manusia punya problema.
Sebenarnya, aku mau minta transfer rekaman kuliah tadi. Boleh?”
“Boleh, tapi ada syaratnya lho.”
“Syaratnya apa? Makan siang gratis?
CD instrumental? Atau novel berhurup braille? Semua tersedia untukmu, Tuan Puteri.” Kresna membungkukkan badan dengan gaya
kocak. Murni tertawa meski tak bisa
melihat gaya kocak Kresna. Suasana ceria
tertangkap oleh batinnya yang peka.
“Tolong bacakan puisi karya kamu!”
Kresna memukul meja seraya menyeringai
lucu. “Tentu, Nona Manis. Aneh, ada yang suka puisi aku. Nah, bersiaplah menyimak puisi sang maestro!”
Kresna berdiri gagah di hadapan
Murni. Dengan gaya berlebihan, ia
mendeklamasikan karyanya.
INILAH AKU
Aku bukanlah
kamu,
Aku penyuka
gado-gado,
Sedangkan kamu
penggila rissoto
Aku berkendara
roda dua
Kamu berkendara
roda dua kuadrat
Murni dan pengunjung kantin
lainnya terpingkal-pingkal saat Kresna berdeklamasi. Seorang pelayan kantin terpaksa pergi ke
kamar kecil. Kandung kemihnya tertekan
akibat menahan tawa. Puisi Kresna sangat
buruk. Keburukan yang menggelitik syaraf
tertawa.
“Oh Kresna, tertawa adalah musik
jiwa,” ujar Murni dengan napas terengah akibat tawa tak berkesudahan.
Kresna menghentikan
deklamasinya. Ia pura-pura marah pada
Murni. “Apa kataku barusan? Aneh sekali orang yang menyukai puisiku.”
“Tapi puisimu menghadirkan kebahagiaan.”
“Okelah kalau begitu. Mau pulang bareng aku?” Kresna menaik-naikan
alis matanya dengan jenaka.
“Hm, naik motor?”
“Memang kenapa kalau naik motor?
Gengsi?”
“Ah Kresna, apakah orang semacam
aku punya gengsi? Kamu tahu, kebutaan
memusnahkan daya keseimbanganku. Aku
pasti jatuh kalau membonceng motormu.” Murni tersenyum sendu.
Kresna menyentuh lembut lengan
Murni. “Jangan sedih, Tuan Puteri! Aku bawa gerobak ayahku. Jadi, sudikah kau menaiki gerobakku? Kresna menyodorkan lengannya pada Murni.
“Siapa takut?” Murni terkekeh lalu
merangkul lengan Kresna. Lengan mereka
saling bertautan saat berjalan menuju tempat parkir mobil. Sesekali terdengar derai tawa mereka. Kedua
cucu adam menutup lembaran hari itu dengan sukacita.
********
Mahasiswi Fakultas Hukum
mengerumuni Papan Pengumuman di depan Sekretariat Himpunan Mahasiswa Hukum. Sebuah pengumuman aneh terpajang di
sana. Pengumuman yang menggemparkan.
AUDISI KRESNA CARI JODOH
Kepada Yth. Wanita Jomblo:
Apakah kamu
wanita berusia maksimal 23 tahun, menyukai tantangan, dan tidak takut kotor? Bila kamu memiliki kualifikasi itu, maka kamu
berhak mengikuti Audisi Kresna Cari
Jodoh. Pemenangnya akan menjadi KEKASIH HATIKU DUNIA-AKHIRAT, dan berhak
mendapatkan hadiah SUPER ISTIMEWA.
Jadi, tunggu
apalagi? Daftarkanlah dirimu sekarang dengan cara mengirim SMS ke nomor
085877788899. Caranya gampang, ketik AKCJ_namadiri_usia_jurusan! Terima kasih atas perhatiannya.
Tertanda
Kresna, si ganteng
Berbagai reaksi muncul akibat pengumuman nyentrik itu. Para pria
menertawakannya. Menurut mereka,
Kresna sedang bercanda. Sebagian wanita
melecehkannya. Asumsi mereka, Kresna terlalu percaya diri. Sementara sebagian wanita lainnya ingin
menjadi peserta audisi.
Wanita pengagum Kresna melebihi
bilangan jemari. Walaupun sering bertingkah konyol, Kresna adalah
pemuda tampan yang bisa diandalkan.
Pribadinya membumi sekalipun berasal dari keluarga berada. Hampir semua penduduk kota mengenal ayah
Kresna yang berprofesi sebagai notaris merangkap pengusaha bertangan
dingin. Ayah Kresna memiliki usaha di bidang
pertanian, peternakan, retail hingga pertambangan. Pun demikian, keluarga Kresna selalu
mendermakan sebagian harta mereka bagi kaum tak berpunya.
Murni tercenung di sudut
perpustakaan. Ia mendengar sayembara
Kresna dari Muti, asisten dosen yang
menjadi pendampingnya saat ujian. Muti yang membacakan pertanyaan dan menuliskan
jawaban ujian untuk Murni. Selama dua
tahun ini, kerjasama mereka berhasil dengan baik. Buktinya IPK Murni tak pernah kurang dari
3,00.
“Kok ngelamun? Berminat ikut audisi
itu?” Muti mencubit pipi apel milik
Murni.
“Iya sih,” jawab Murni,
malu-malu. Pipi apelnya merona merah
jambu.
Muti menahan tawa. “Bagaimana kalau aku kirim
SMS untuk mu?”
“Jangan, Teh! Aku perlu berpikir panjang untuk ikut audisi
itu.”
Murni mulai mengkaji penampilannya
berdasarkan penjelasan Sang Bunda.
Rambutnya ikal. Hidung dan
bibirnya mungil. Pipinya menggembung bak
buah apel. Badannya agak gemuk karena
tak pernah berolah-raga. Murni sadar, penampilannya tidak menarik bagi pria.
“Nggak usah kirim SMS, Teh, aku mah siapa atuh,” kata Murni,
memelas.
“Khusus untuk Murni, nggak perlu
kirim SMS. Kamu sudah jadi peserta. Ini teka-teki pertama bagi peserta
audisiku. Tolong bacakan, Teh!” Kresna
seolah muncul dari perut bumi untuk menyerahkan secarik kertas pada Muti.
- BERSAMBUNG -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar