Minggu, 03 Mei 2015

Resolusi Aida

Image result for gambar pelacur tua


Aida berdandan sambil bernyanyi.  Cermin retak memantulkan bayangan kabur dirinya.  Seorang pelacur tengah baya yang berusaha mempertahankan kemudaannya.  Seharusnya dia sudah pensiun.  Namun apakah seorang pelacur berhak pensiun?  Lalu, siapakah kelak yang menafkahinya?

Kembang api warna pelangi membuncahi langit kelam.  Lengkingan suara terompet bersahutan.  Manusia  tumpah ruah di taman kota untuk merayakan malam pergantian tahun.   Aida iri pada mereka.  Seumur hidup, ia tak pernah merayakan tahun baru.  Sejak usia belasan tahun ia bekerja di lokalisasi.   Tanpa liburan.  Anehnya, uang hasil kerja kerasnya tak pernah mewujud benda berharga.  Padahal ia sudah lama tak berkirim uang ke kampung.  Semenjak ibunya tiada lima tahun lalu.
“Aida mampir dulu ke sini.  Sudah makan malam, belum?” Mbak Ratmi yang berdagang gorengan di depan taman kota menyeret Aida untuk duduk di selasar taman.
“Makanlah gorengan ini.  Gratis. Itung-itung hadiah tahun baru sekaligus tasyakuran.” Mbak Ratmi menyodorkan sepiring gorengan dengan wajah sumringah.
“Tasyakuran?” Aida menatap Mbak Ratmi dengan kening berkerut.
“Insya Allah bulan depan saya umroh,” jelas Mbak Ratni sambil bekerja.  Tangannya gesit memasukan adonan bakwan ke penggorengan.
“Mbak bisa umroh? Besar juga ya keuntungan dagang gorengan.”
“Besar sih nggak, tapi berkah,” jawab Mbak Ratmi, kalem.
 
Sesuatu menohok perasaan Aida.  Tanpa sadar, ia membuat resolusi berganti pekerjaan.
_____________________
Ilustrasi milik antibordil.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar