Selasa, 10 Maret 2015

Cerbung Bagian 12 : Romansa

Karya Fiksi Fabina Lovers



Ringkasan Bag.11 : Ratu berhasil lolos tes tulis dan wawancara pada tahap seleksi awal beasiswa ke Jepang
Ternyata perjuangan Ratu untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang belum selesai.  Dia harus mendapatkan Letter of Acceptance (LOA) atau Surat Kesediaan Menerima Mahasiwa dari profesor calon pembimbingnya di Jepang.  Masalahnya, Ratu harus mencari LOA secara mandiri.  Kedutaan Jepang hanya menyediakan Surat Pengantar dan alamat profesor sesuai bidang risetnya dari beberapa universitas di Jepang.  Kondisi menjadi semakin sulit karena pada masa itu belum ada jaringan internet.  Komunikasi hanya bisa dilakukan melalui Surat Kilat Khusus.
Setelah menghemat uang makan selama beberapa hari, Ratu menelpon Syarif di Wartel.  Biaya sambungan internasional terhitung mahal pada masa itu.

Moshi-moshi,” terdengar suara mirip Syarif di ujung sana.

“Hai Syarif, ini Teh Ratu, bukan mochi.”  Ratu tergelak.

“Eh Teh Ratu, damang sadayana? Ini Reza, bukan Syarif.  Terus moshi-moshi itu artinya halo dalam Bahasa Jepang.  Nanti juga Teteh bisa bicara Jepang.  Gimana soal tes monbusho, sukses?” tanya Reza dengan riang.

“Tes tulis dan wawancara udah lolos, masalahnya teteh harus dapat LOA dari pembimbing di Jepang.  Kira-kira kamu bisa bantu Teteh nggak minta LOA dari salah seorang profesor ekonomi pertanian di Kyoto University? Nanti surat pengantar dari kedutaan Teteh kirim ke alamat flat kamu.”

“Bisa Teh, aku kenal salah satu profesor di Fakultas Pertanian.  Kami sering karokean bareng.  Kalau bisa Surat Pengantar segera dikirim pake Kilat Khusus ya Teh.” Suara Reza terdengar bersemangat.

"Eh, Syarif mana?"

“Lagi sibuk bantu Widodo, teman kami satu flat.”

“Bantu apa?”

“Distribusi tempe ke beberapa swalayan di sini.”

“Apaa, tempe dijual di swalayan?” Ratu nyaris berteriak karena terkejut.

“Teteh pasti heran kalau tahu harga tempe di sini lebih mahal daripada daging ayam,” jelas Reza sambil tertawa.

"Jadi makin semangat untuk tinggal di Kyoto nih.  Siapa tahu bisa bantu-bantu dagang tempe.”

“Teteh memang entepeuneur sejati,” puji Reza. “By the way, segera kirim suratnya ya!  Salam buat Papa dan Ibu.  Bilang sama Papa, jangan sembarangan makan, mentang-mentang isterinya pintar masak,”gurau Reza.

“Oke Reza, salam juga untuk Syarif.  Have a nice day.  Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.”

Perasaan Ratu lega setelah menelepon Reza, walau agak terkejut sewaktu melihat biaya sambungan internasional yang tidak sampai lima menit itu.  Aduh, tabungan uang makannya selama beberapa hari ternyata tak cukup membiayai sambungan internasional itu.  Ratu harus menombok tiga ribu rupiah.  Beberapa hari ke depan puasa makan siang lagi deh.

Beberapa minggu kemudian Ratu menerima Surat Kilat Khusus dari Reza yang dialamatkan ke kampus tempat ia mengajar.  Ratu membuka surat Reza sambil duduk di bangku taman kampus.  Setidaknya suasa sejuk dan asri sedikit meredakan debaran jantungnya sewaktu menggenggam surat dari adiknya itu.

Assalamualaikum

Semoga Teteh, Papa, Ibu dan duo iseng Amira-Sari, senantiasa dalam lindungan Allah.  Bagaimana kabar kalian di Indonesia, sehat?  Kami di sini sehat dan gembira, Alhamdulillah.

Mengenai Letter of Acceptance (LOA), mohon maaf Teh, ternyata tidak bisa saya dapatkan dari Profesor Himada, teman karaoke saya itu.  Ternyata beliau mengajar di jurusan Agricultural Engineering, dan  tidak mengenal profesor bidang ekonomi pertanian.

Mohon maaf adikmu ini tidak bisa memintanya dari Profesor Himada.

Wassalam

Reza
n.b. buka amplop yang satu lagi

Ratu mendesah kecewa.  Perjuangannya untuk kuliah ke Jepang kembali menemui hambatan.  Mungkin karena Ibu tak merestui langkahnya ini.  Ah, besok Ratu akan mulai bernegosiasi dengan ibunya.  Tapi, bagaimana ya cara meyakinkan ibu?

“Bu, amplopnya jatuh!” kata seorang mahasiswa sambil menunjuk amplop yang tergeletak di kaki Ratu. 

“Oh, terima kasih,” gumam Ratu.  Ia meraih amplop yang tercecer dari surat Reza.  Kemungkinan isinya  foto-foto Reza dan Syarif ketika mengikuti festifal musim semi.  Dengan perasaan malas, Ratu membuka amplop kedua.   Tapi, isinya kok kertas ya?

Ratu hampir menjerit ketika membuka kertas yang berasal dari amplop kedua.  Isinya adalah LOA dari Profesor Akira Tokoyama, ahli ekonomi pertanian dari Fakultas Ekonomi Universitas Kyoto.  Ah, Reza pandai benar mempermainkan perasaan kakaknya.  Rupanya takdir Allah memang demikian.  Ratu dianugerahi empat orang adik yang jahil.

Ratu kembali memandangi LOA itu sambil tersenyum bahagia bercampur haru.  Ia akan meminta LOA dari dua universitas lainnya.  Setelah itu akan diserahkan ke Kedutaan Jepang.   Satu seleksi lagi yang harus dilalui, screening formulir dan LOA oleh MEXT.  Bila para petinggi MEXT setuju, bisa dipastikan Ratu mendapatkan beasiswa impiannya.

*****
Ibu senang  bila Nayla dan kedua puteranya berkunjung ke rumah mereka.  Pria-pria kecil berusia lima dan enam tahun itu sangat sopan dan tahu diri.  Tidak suka bertengkar.  Selalu berbagi.  Juga disiplin dalam hal kebersihan.

“Bagaimana cara mbak Nayla mendidik anak?  Kok anak-anaknya sopan sekali?”   Ibu memandang kagum pada kedua anak itu.  Mereka saling berbagi kue.  Ketika kuenya habis, mereka membersihkan remahnya memakai sapu.

“Biasa saja, Bu.  Mereka begitu karena lama tinggal di Jepang,” jawab Nayla.

“Oh gitu, memangnya orang Jepang sopan-sopan ya?”

“Luar biasa sopan, apalagi terhadap orang asing.  Bagi mereka, kebersamaan itu penting.  Sejak dini seorang anak diajarkan saling menolong.  Kepentingan kelompok lebih utama daripada kepentingan pribadi.  Makanya sekolah-sekolah di Jepang tidak menerapkan sistem rangking kelas.”

“Pantas saja Jepang jadi negara maju,” kata ibu sambil manggut-manggut.

“Ibu ingin punya cucu seperti anak-anak mbak Nayla nggak?” tanya Ratu sambil mengerling jenaka.

“Mau dong, makanya Ratu cepetan nikah, biar ibu bisa gendong cucu,” tukas ibu.

Ratu tertawa renyah.  “Punya anak mah gampang bu, yang susah itu mendidiknya menjadi anak sholeh.  Nah, supaya Ratu punya bekal mendidik anak, bagaimana kalau Ratu tinggal di Jepang?” 
Ratu memandang ibunya seraya melontarkan senyum paling manis.

Ibu mendengus kesal.  “Nggak perlu pergi ke Jepang untuk jadi ibu yang baik.  Ibumu ini nggak pernah ke Jepang, buktinya anak ibu baik-baik, yah walaupun kadang suka usil.”

Ratu mengeluh dalam hati, ”Susah benar memberi pengertian pada ibu.  Ya Allah lembutkan hati ibu.  Buatlah ia memahami keinginanku melanjutkan sekolah ke Jepang.
*****
Enam Bulan Kemudian
“Benar ya Ratu, sampaikan surat ini buat Oshin!  Jangan lupa kamu cari juga resep-resep kue khas Jepang.  Kirim sama Ibu lewat surat.  Biar bisa ibu praktekan di sini,” pinta ibu dengan mimik memelas.  Ratu paham ibu sedih berpisah dengannya.

Ratu memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca.  “Iya Bu, semua pesan ibu akan Ratu laksanakan.”

“Jaga dirimu baik-baik.  Kalau bisa tinggal di flat yang berdekatan dengan kedua adikmu.”  Ibu mulai terisak.

“Insya Allah, ada Allah sebaik-baiknya penjaga,” jawab Ratu sambil menepuk lembut punggung ibunya.

“Teteh sering-sering kirim surat ya!  Alamatkan ke sekolah kami saja!” Sari dan Amira ikut bergabung memeluk kakak perempuannya.

“Iya, iya, akan Teteh kirim ke sekolah biar kalian bisa pamer,” janji Ratu.  Ibu dan Papa Raja tertawa mendengarnya.

“Ratu, jangan lupa sholat selama di sana,  Ikutlah kelompok pengajian KBRI!” nasihat Papa Raja.

Perintah agar para penumpang menuju Tokyo memasuki terminal keberangkatan bergaung di seluruh penjuru ruang pengantar.  Ratu melambaikan tangan pada keluarganya dengan air mata yang menderas.  Meninggalkan keluarga yang amat kita cintai memang menyakitkan.  Tapi pedihnya perpisahan akan berganti masa depan gemilang.

Oh ya, mungkin kamu ingin tahu, mengapa ibu mengijinkan Ratu ke Jepang?  Hampir setiap hari Papa Raja memutar video film Oshin.  Ibu jadi pengagum Oshin dan menganggap Oshin sebagai sosok nyata.  Kemudian Papa juga memutar video pembuatan kue-kue Jepang.  Ibu menyukai penampilan kue-kue itu.  Lama kelamaan, ibu menjadi pengagum negara Jepang.  Beliau ingin benar berkunjung ke sana.  Maka, ketika Ratu dinyatakan berhak menerima beasiswa kuliah di Universitas Kyoto, ibu tak lagi melarangnya.  Ibu berharap dapat menengok anak-anaknya di Jepang suatu hari nanti.  Semoga terwujud harapannya.
___________________________
Keterangan :
Kumaha damang :  apakabar? sehat?
MEXT         :       Ministery of Education, Culture, Sport, Scince dan Technology of Japan
Monbusho   :        istilah Monbukogakusho di masa lalu
Ilustrasi       :        tinetrisnawati.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar