Senin, 29 September 2014

Labirin Tak Bertepi

Karya Fiksi oleh Fabina Lovers

 

            
Perjalanan hidup manusia  bagaikan bentangan langit.  Kadang langit tampak indah membiru tersaput putihnya gemawan.  Namun langit bisa menjadi begitu menakutkan tatkala gumpalan awan hitam memberatinya, terlebih bila percik kilat menghantarkan bahana petir.

Langit hidup Rendra pun tak selalu membiru.  Sewaktu berhasil lulus tes CPNS Guru SD, hari Rendra terasa cerah.  Namun awan mendung sejurus kemudian menggelayuti langit Rendra, saat ia menerima SK penempatan.  Rendra ditugaskan mengajar di sebuah desa terpencil.

Tempat tugas pertama Rendra berlokasi di lembah subur berpagar bebukitan.   Ketiadaan BTS menyebabkan  sinyal telepon genggam hilang timbul bagai pesut berenang. Anehnya, remaja di sana banyak yang memiliki telepon genggam.  Rupanya telepon genggam jadi aksesoris semata. 

Listrik baru masuk desa beberapa tahun yang lalu.  Jangan berharap ada mall di sana.  Pasar tradisional pun hanya ada di kota kecamatan.  Untuk menuju pasar tradisional itu,  penduduk desa menumpang mobil bak terbuka yang biasa mengangkut hasil bumi ke pasar induk di Kota Bogor.  Kalau kurang beruntung, mereka terpaksa berbagi angkutan dengan kambing dan ayam yang buang kotoran sembarangan. Demikianlah tantangan karier baru Rendra.  Sungguh, ini bukanlah karier impian lulusan terbaik Fakultas Ilmu Pendidikan yang seumur hidupnya tinggal di kota.

Rendra merayu ibunya agar sudi menggelontorkan dana demi penempatan di SD yang lebih dekat dengan rumah mereka. Tapi, ibu menolak tegas keinginannya.

“Itu namanya KKN, Rendra.  Mama tidak mau kamu terlibat KKN.  Sudah, terima saja takdirmu bertugas di tempat terpencil!  Pasti ada hikmahnya. Mama tidak takut sendirian di rumah selama kamu bertugas.  Ada Allah, sebaik-baiknya penjaga,” nasehat ibunya.

Rendra pasrah. Dengan perasaan nelangsa, Rendra memulai perjalanan pertama menuju tempat tugas.  Akhirnya, Rendra tiba di sana dengan menjinjing tas laptop dan koper berisi pakaian.  

Pak Kepala Desa bersedia menampung Rendra di rumahnya.  Biaya kost berikut makan dua kali sehari terbilang murah, Rp. 300.000,00 perbulan.  Isteri Kepala Desa sangat baik terhadap Rendra. Beliau menganggap Rendra sebagai pengganti anaknya yang sudah 5 tahun bekerja di Malaysia.

Ternyata ibunda Rendra benar.  Penempatan di desa terpencil ini menuai hikmah.  Rendra berjumpa gadis memesona.  Namanya Yuliana, atau  Ana sapaan akrabnya.  Dialah gadis paling berbahagia yang pernah Rendra kenal.  Bibirnya nan tersaput lipstik warna salem, selalu menyunggingkan senyum.  Tawa renyahnya memeriahkan ruang guru yang  bobrok.
  
Rendra langsung jatuh hati pada gadis periang itu. Tapi, perasaan cinta Rendra bagaikan bara terkena hujan.

“Jangan coba-coba dekati Ibu Ana deh!  Setahun  lalu, guru muda sepantaran anda jatuh hati padanya.  Dia menyatakan perasaannya pada Ibu Ana.  Tahu apa jawaban Ibu Ana? ‘Maaf Pak, saya belum berniat ke arah sana, silakan cari wanita lain yang lebih baik daripada saya’.  Guru muda itu patah hati dan pindah dari sini.  Nah, Pak Rendra, saya tidak mau kehilangan guru lagi.  Jadi, saya tegaskan kembali, JANGAN COBA-COBA DEKATI IBU ANA!” saran Pak Gandi, kepala sekolah mereka.

Pria tampan itu akhirnya memutuskan untuk menjadi rekan kerja yang baik bagi Ana.  Rendra meminjamkannya laptop dan infocus  untuk memutar film edukasi di kelasnya.  Bersama mereka rumuskan mata ajaran tematik.  Mereka padukan berbagai pelajaran yang bertema sama dengan memperbanyak praktek dan pengamatan di luar kelas. Tujuannya agar para murid memahami pelajaran, bukan sekedar menghapalkannya.  Sungguh, cinta mampu meningkatkan kreativitas.    Hal yang mereka lakukan itu melampaui kebijakan pemerintah yang baru menerapkan sistem tematik beberapa tahun kemudian.

Peristiwa yang terjadi saat  Rendra telah mengajar selama enam bulan di sekolah itu, mempererat persahabatan mereka.  Ana yang mengajar di kelas 6, memiliki murid jelita bernama Arum.  Tubuh Arum terbilang bongsor untuk anak usia 12 tahun.  Hal ini menarik perhatian seorang bandot tua, pemilik puluhan hektar lahan yang ditanami kelapa sawit dan buah-buahan.  

Suatu hari, bandot tua ini melamar Arum untuk dijadikan isteri keempatnya.  Bila Arum mau menikah dengannya, ia akan mengongkosi orang tua Arum ke tanah suci.  Tentu saja lamaran ini disambut hangat orangtua Arum yang berprofesi sebagai buruh tani.  Di desa itu, gelar haji adalah suatu kebanggaan.  .

Orang tua Arum memaksa anaknya berhenti sekolah.  Sebagai aksi protes, Arum kabur ke pondokan Ana.  Bapak Arum yang kalap memburu anaknya ke pondokan Ana.  Kebetulan saat itu Rendra sedang berkunjung ke sana.

Tangkurak sia, mana anak aing?” hardik bapak yang kalap itu sambil mengacungkan goloknya ke wajah Ana.  Guru muda itu gemetar ketakutan. 

“Pak, jangan bicara begitu dengan wanita, Bu Ana tidak salah!” tegur Rendra, sopan.

Saha maneh? ulah ikut campur!” tegas Bapak Arum sambil mengarahkan goloknya ke wajah Rendra.  

Bapak itu salah sasaran.  Dalam sekejap, goloknya telah berpindah ke tangan Rendra, sementara bapak itu tergolek kaku di teras pondokan.  Rendra telah menotok saraf pusatnya hingga ia tak bisa bergerak.  Ternyata ilmu silat cimande yang Rendra dalami sejak kanak-kanak berguna di desa terpencil ini.

“Ampun...ampun...Pak...! ” rintih Bapaknya Arum.

“Saya bisa bikin Bapak lebih sakit lagi kalau Bapak paksa Arum menikah dini.  Arum anak pintar.  Biarkan dia menggapai cita-citanya menjadi guru!”

“Ampun Pak, saya janji moal maksakeun Arum nikah jeung Kang Haji, tapi tolong bebaskan saya!”

Akhirnya, Arum urung menikah dan mempertahankan prestasinya sebagai juara kelas.  Ana sangat berterima kasih kepada Rendra.  Hubungan mereka kian akrab.  Di luar jam mengajar, mereka sering melewatkan waktu bersama. Rekan-rekan guru mulai menggosipkan mereka.

“Selamat, Anda berhasil menaklukan hati Ibu Ana,” goda Pak Gandi sambil tertawa jahil.   “Ayo, jangan buang waktu! Segera lamar bu Ana!”

Rendra menyetujui ide Pak Gandi. Mereka pun merancang acara lamaran nan romantis. Rendra berharap Ana akan menangis terharu kala menerima lamarannya.

*********

Tangis terakhir Rendra terjadi lima tahun lalu,  saat mendiang ayahnya dikebumikan.  Tapi, kali ini tangisnya tak berkesudahan.  Bahkan diiringi demam tinggi beberapa hari.

Ibu dengan setia mendampingi Rendra. Ia biarkan Rendra menangis,  tanpa berupaya menghiburnya.   Biang penyakitnya adalah sepucuk surat yang kini disembunyikan ibu.  Sayangnya, untaian kalimat dalam surat itu telah bercokol di.benak Rendra.

Assalamualaikum wr.wb.

Teruntuk pemuda tampan yang aku kagumi setelah kanjeng Rasul.  Bang Rendra, ijinkan aku memanggilmu demikian.  Aku  terpikat pada ketulusan hatimu sewaktu berhasil membebaskan Arum dari jerat pernikahan dini. Kamu tahu, pengalaman Arum mirip dengan pengalamanku sendiri.  Dulu, aku adalah warga desa terpencil nun di pedalaman Pulau Sumatera.  Orang tua memaksaku menikah saat baru lulus SD.  Suamiku adalah lintah darat berwatak serigala.  Dia tega menjualku pada sahabatnya sendiri. 


Maka, aku putuskan kabur ke Jakarta dengan menumpang truk kelapa sawit.  Di Jakarta, aku menjual diri untuk menafkahi hidupku, juga melanjutkan pendidikan.  Aku tak punya keterampilan lain untuk bertahan hidup. Hingga aku berhasil menjadi Sarjana Pendidikan dan lulus tes CPNS dua tahun lalu. Mengapa aku meminta ditempatkan di desa terpencil ini? Karena aku ingin melepaskan diri dari jerat mucikari ibu kota.

Dari petugas kebersihan, aku tahu kamu akan melamarku.  Seandainya aku dulu mencari nafkah secara halal,   tentunya aku berbunga hati menerima lamaranmu  Tapi, limbah dosa masa silam menyurutkan hasratku menjadi pendamping hidupmu.

Bang Rendra,  kamu adalah sosok suami ideal bagi setiap wanita.  Sayangnya, aku bukan wanita yang pantas untukmu. Relakanlah kepergianku.  Aku hendak merintis hidup baruku di pedalaman Kalimantan.  Jangan mencariku, karena aku pun masih mencari hakikat keberadaanku di bumi ini

Wassalamualaikum wr.wb.
Yuliana binti Nasrul, pengagum setiamu.

Belahan jiwanya menghilang ke belantara  Kalimantan.  Sesungguhnya, kekuatan cinta akan membimbing Rendra untuk menemukan Ana,  sekalipun gadis itu menghilang ke sudut terjauh di Kutub Utara.  Sayangnya, ibu belum sanggup menerima masa lalu Ana.  Pantang bagi Rendra menikahi sekarang gadis tanpa restu ibunya.   

Kini, Rendra tengah dirajam perihnya kehilangan.  Kemelut hidupnya bagai labirin tak bertepi.  Rendra percaya, bila Tuhan menakdirkan Ana sebagai jodohnya, mereka akan dipertemukan dengan cara yang ajaib.  Namun, bila Ana bukan jodohnya, Rendra bermohon pada Tuhan untuk melumpuhkan ingatannya akan sosok manis Yuliana binti Nasrul.


Bogor, 26 September 2014
                                                                               Bagi pecinta yang tak bisa miliki kecintaannya

Keterangan :
mana anak aing  =  mana anak saya
Saha maneh? ulah ikut campur = siapa kamu, jangan ikut campur
moal maksakeun Arum nikah jeung ...... = tidak memaksa Arum Nikah dengan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar