Saya pernah bertemu seorang petani kaya.
Kesemua anaknya kuliah, bahkan ada yang mencapai jenjang pasca sarjana.
Alangkah terkejutnya saya sewaktu tahu bapak ini tak pernah bersekolah.
Bahkan belajar membaca pun lewat program paket A. Terjadi anomali teori
yang dipahami oleh orang tua saya. Menurut orang tua saya, pendidikan
yang baik akan mengantarkan manusia pada derajat hidup yang baik pula.
Dalam beberapa kasus teori tersebut benar, tapi sejarah hidup petani sukses ini
mematahkannya.
Ada seorang bapak yang usianya hampir sebaya
dengan petani sukses itu. Dari segi pendidikan, ia lebih maju karena
berhasil menamatkan Sekolah Dasar (SD). Sayang, nasib beliau tak
seberuntung sang petani sukses.
Jangankan menyekolahkan anak hingga jenjang pendidikan tinggi, rumah
pun tak punya. Beliau dan keluarga besarnya tinggal di bekas
mushola berukuran sekitar 21 (duapuluh satu) m2. Menu makan keluarga beliau ala
kadarnya. Cukup berlauk mie instan. Bila sedang tak punya uang, keluarga beliau pasrah
melahap nasi berulam garam.
Saat senggang, saya menelisik kehidupan mereka. Mengapa kedua orang ini memiliki derajat
hidup berbeda padahal sama-sama berpendidikan rendah? Apakah Allah sengaja menetapkan rejeki yang
seorang lebih besar daripada yang lain?
Tapi, bukankah dalam kitab suci telah dijelaskan bahwa Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum
sebelum mereka merubah nasibnya sendiri (QS. Ar Raad ayat 11).
Kemudian, saya
menganalisa prilaku kedua orang pria ‘sepuh’ ini. Sang petani sukses berprilaku lebih positif
daripada penghuni bekas mushola. Mari kita telaah prilaku kedua bapak ini (tanpa
maksud bergosip) :
- Petani sukses rajin melaksanakan shalat berjamah, sedangkan penghuni bekas mushola jarang mendatangi mushola.
- Petani sukses gemar berbagi sedangkan penghuni bekas mushola ingin dibagi.
- Petani sukses gemar mengucapkan kalimat positif sedangkan penghuni bekas mushola mengeluarkan kalimat negatif. Kalimat negatif? Maksudnya ia kerap bergunjing dan mengeluh.
- Petani sukses giat mencari rejeki halal sementara penghuni bekas mushola puas dengan rejeki dari belas kasihan orang lain.
Saya kembali berpikir, adakah penjelasan logis bagi hubungan linear antara
prilaku positif dan keberkahan hidup? Kazuo Murakami, Ph.D (ahli genetika
terkemuka dunia), dalam buku berjudul "The Divine Message of the DNA" menyampaikan bahwa ia menemukan
keajaiban dari DNA. DNA tak sekedar kumpulan basa-basa purin yang membawa kode
genetik makhluk hidup dengan karakteristik genetik yang dianggap bersifat
tetap. Dalam penelitiannya, Murakami memperkenalkan konsep on/off
yang diatur oleh gen-gen. Dan ajaibnya
tombol on/off gen ini sangat dipengaruhi oleh pikiran kita. Pikiran dapat
mengaktifkan atau menonaktifkan gen-gen kita, ’you are what you think’.
Juga dipaparkan bahwa setiap manusia diberi porsi
kemampuan yang sama. Hanya saja ada yang gennya dalam keadaan on sedang yang lain off. Kemauan keras disertai usaha dan pikiran
positif ternyata mampu meng-on-kan gen positif kita yang tadinya
belum berfungsi.
Kazuo Murakami juga menemukan bahwa kondisi on atau off-nya sebuah gen juga berpengaruh terhadap kesehatan. Hal ini
dapat menjelaskan mengapa kanker paru-paru dapat mengenai mereka yang
sama sekali bukan perokok, sedangkan yang perokok aktif justru belum
terkena kanker paru. Ini terkait dengan kondisi on/off gen yang mempengaruhi
penyakit tersebut.
Karakteristik genetik yang diturunkan dari generasi ke
generasi selama ini dianggap para ahli bersifat tetap. Namun,
penelitian-penelitian mutakhir menunjukkan bahwa lingkungan dan faktor-faktor
eksternal lainnya mengubah kerja gen-gen kita.
Kazuo Murakami menawarkan perspektif baru: apa
yang kita pikirkan dapat mengaktifkan gen-gen positif dan menonaktifkan gen-gen
negatif.
Bila kita melatih hati dan pikiran kita dengan cara
berpikir positif dan menjalankan perintah agama, maka potensi-potensi positif
yang selama ini tertidur di dalam gen kita akan menjadi aktif. Kehadiran gen positif menjadikan tubuh kita sehat dan kuat. Kita pun lebih bersemangat bekerja guna meningkatkan
kesejahteraan hidup. Demikianlah penjelasan logis hubungan antara prilaku positif dan keberkahan hidup.
-Sekian-
Catatan : pembaca budiman, mohon tambahan data bila ada yang kurang sesuai.
Sumber bacaan :
Sumber bacaan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar