Karya Non Fiksi Fabina Lovers
Pada hari rabu, tanggal 12
Agustus 2015, saya menghadiri Rapat Minggon Kecamatan X yang bertempat di
sebuah restoran bernuansa Jawa. Karena rapatnya
di restoran, saya bersemangat. Lumayan, wisata kuliner gratis he he he. Maklum,
PNS macam saya gajinya nggak seberapa. Makan di restoran adalah kemewahan bagi saya.
Pak Danramil menjadi salah
seorang narasumber rapat. Hal yang
disampaikan beliau mengguncang nurani saya. Hingga saya tak berselera lagi menyantap
gurame asam manis, menu kegemaran saya.
Nah, sekarang saya mau berbagi
kegalauan dengan para netter yang
berkenan mampir ke lapak ini. Check it
out.
1. Di balik Insiden Tolikara
Pak Danramil berkata : “Insiden tolikara bukanlah
insiden keagamaan. Tampaknya ada sebuah
negara yang menginginkan perpecahan Indonesia. Saat ini, bendera negara tersebut menghiasi
seluruh rumah dan toko di Tolikara.”

Bendera Israel di Panggung KKR pemuda GIDI di Tolikara
(Sumber : Detik.com)
Dari hasil penelusuran internet, saya mendapatkan informasi lengkap
tentang bendera Israel di Tolikara, Papua.
Adalah Gereja Injil di Indonesia
(GIDI) yang menginstruksikan warga Tolikara untuk mengecat rumah dan tokonya
dengan bendera Israel. Alasannya untuk menyambut kunjungan pendeta asal Israel
ke Tolikara. Barangsiapa yang tidak
mentaati instruksi tersebut, akan dikenai denda sebesar limaratus ribu rupiah. Yang
menjadi pertanyaan, sejauh apakah hubungan GIDI dengan negara Israel?
Sebagaimana yang kita ketahui, GIDI adalah dalang
pembakaran warung dan tempat ibadah milik muslim Tolikara saat perayaan idul
fitri lalu. Aksi mereka sempat mendapatkan
kecaman dari sebagian besar muslim Indonesia.
Perlu kita ingat bahwa Indonesia tidak memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel. Karena
Indonesia tidak pernah menyetujui agresi militer Israel terhadap
Palestina. Bisa jadi insiden Tolikara
adalah strategi politik Israel guna menghancurkan pemerintahan yang berdaulat. Negara Israel menghendaki
pemerintahan baru yang lebih ‘ramah’ kepada mereka.
2.
Kiblat generasi muda
Dewasa ini, generasi
muda Indonesia berkiblat pada gaya hidup remaja Amerika. Beberapa bulan lalu, tersebar berita penyelenggaraan kontes bikini
bagi siswa SMU se-Jakarta dan Bekasi. ‘Ada
yang salah dengan bikini?’ ‘Nggak apa-apa toh kalau kita mengenakan bikini di
kolam renang?’ Mungkin demikian pendapat
generasi muda ‘modern’.
Menurut saya, aksi umbar aurat adalah pintu masuk perilaku
amoral lainnya. Kita lihat saja fenomena
yang terjadi di Amerika Serikat. Karena
maraknya aksi umbar aurat, seks bebas dilegalkan. Maka,
muncullah penyakit kelamin akibat berganti-ganti pasangan seks. Tingkat perceraian penduduk pun relatif tinggi. Menurut John J. Dililio Jr : setiap tahunnya, lebih dari sejuta anak-anak Amerika yang mengalami
keretakan rumah tangga. Tentunya ini masih terkait dengan fenomena
seks bebas. Bila seorang pria atau
wanita bebas berhubungan seks tanpa ikatan resmi, ia tak akan berusaha
mempertahankan pernikahannya. Kemunculan generasi ‘broken home’ nan bermental labil adalah dampak terburuk dari perceraian. Bagaimana bila generasi muda kita bernasib demikian?
3.
Demonstrasi Buruh
Para buruh berdemonstrasi demi kenaikan Upah Minimum Regional
(UMR). Alih-alih mendapatkan kenaikan
upah, mereka terkena PHK.
Miris sekali bukan? Saat harga
kebutuhan pokok meningkat, malah
kehilangan pekerjaan.
Konon para pengusaha lebih suka menggunakan tenaga kerja dari
China. Selain tak menuntut upah tinggi,
tenaga kerja China juga lebih giat bekerja.
Menurut Menteri Tenaga Kerja sebagaimana dilansir oleh Detik.com, jumlah
tenaga kerja asal China yang mendapat ijin tinggal di Indonesia pada Januari
2014-Mei 2015 kurang lebih 41.365 orang, tapi jumlahnya di lapangan kemungkinan
lebih banyak lagi.
Namanya
pengusaha, ya berusaha mencari keuntungan maksimal. Bila buruh-buruh Indonesia menuntut kenaikan
upah di luar kemampuan mereka, tentunya mereka akan mencari alternatif
lain. Alangkah buruknya bila tenaga
kerja China jadi mayoritas di negeri ini.
Padahal penduduk Indonesia masih banyak yang menganggur. Bahkan bila
regulasi di negara ini cenderung merugikan para pengusaha, kemungkinan mereka
memindahkan perusahaan ke tanah leluhur mereka di Indocina. Tak terbayangkan bila pertumbuhan ekonomi merosot
seiring maraknya pengangguran. Tentunya
Indonesia akan mengalami bencana sosial.
4.
Kerawanan Pangan
Negara kita yang dahulunya terkenal sebagai negeri
subur makmur, kini mengalami bencana kekeringan akibat El Nino. Menurut Menteri Pertanian RI, Belasan ribu hektar lahan sawah yang
ditanami padi mengalami Puso atau gagal panen. Asumsikan saja sehektar sawah memproduksi 3 ton Gabah Kering Giling. Bayangkan, berapa ratus ribu ton gabah yang
hilang? Indonesia pun berpotensi
mengalami kerawanan pangan.
Selepas Hari Raya Idul Fitri, harga
daging sapi di pasaran meningkat tajam. Para pedagang berdemo, tak mau lagi berjualan daging sapi. Menurut Kapolri Badrodin Haiti, peningkatan harga daging akibat ulah segelintir pengusaha yang mempermainkan harga daging sapi. Saat ini pihak kepolisian berupaya menguak keberadaan para mafia daging tersebut. Tampaknya para mafia ini menginginkan peningkatan impor daging sapi yang notabene lebih menguntungkan daripada membeli sapi lokal.
Peningkatan harga daging sapi berimbas pada harga komoditas lainnya seperti ayam, ikan dan telur unggas. Jangan-jangan kalau sumber protein hewani tersebut kian mahal dan langka, harga tempe-tahu pun tak terjangkau lagi oleh masyarakat menengah ke bawah. Krisis pangan terjadi di mana-mana. Kelaparan merajalela. Dan...bangsa yang kelaparan akan mudah sekali dihancurkan.
Peningkatan harga daging sapi berimbas pada harga komoditas lainnya seperti ayam, ikan dan telur unggas. Jangan-jangan kalau sumber protein hewani tersebut kian mahal dan langka, harga tempe-tahu pun tak terjangkau lagi oleh masyarakat menengah ke bawah. Krisis pangan terjadi di mana-mana. Kelaparan merajalela. Dan...bangsa yang kelaparan akan mudah sekali dihancurkan.
****
Negara kita memiliki sumber daya alam yang
berlimpah. Sayangnya, seluruh sumber
daya alam tersebut telah dikuasai negara asing. Mari kita perhatikan peta Indonesia di bawah ini. Bendera-bendera negara asing pada peta tersebut menunjukan penguasaan tambang di wilayah bersangkutan.
Sumber gambar : BP Migas
Ibarat permainan catur, pertambangan energi dan mineral adalah benteng pertahanan. Bila tambang-tambang tersebut telah dikuasai pihak asing, ‘mahkota negara’ kita terancam. Apalagi, keberadaan empat fenomena yang saya uraikan di atas kian memperburuk kondisi negara kita. NKRI berada di ujung tanduk!
Lantas,
bagaimana cara kita mempertahankan kedaulatan negara ini? Hanya dengan satu kata, cintailah Indonesia! Dengan cinta, kita akan bekerja
sebaik-baiknya demi kemajuan negara tercinta ini. Dengan cinta, kita tak akan terpancing oleh
pihak-pihak yang berusaha memecah belah kesatuan bangsa melalui isu-isu
SARA. Marilah kita dukung presiden
terpilih saat ini sekalipun pada PEMILU lalu kita tidak memilih beliau. Berikan kesempatan pada beliau untuk
menyelesaikan polemik yang ada. Kita
harus percaya bahwa nasib bangsa kita akan membaik di masa mendatang. Karena
segala hal yang kita percayai akan terjadi pada diri kita (The Secret- Rhonda
Byrne).
Kotahujan, 13 Agustus 2015
Kotahujan, 13 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar