Karya Non Fiksi Fabina Lovers
Hari kamis, tanggal 20 Agustus 2015,
kantor saya menyelenggarakan pelatihan singkat bagi para pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) berbasis pertanian di Kabupaten Bogor. Bu
Rinrin Jamrianti dari PT. SMEES (Small
Medium Enterprise and Enpowerment Services) serta Pak Dodi dari Galeri UKM
Kabupaten Bogor didapuk menjadi narasumber.
Para narasumber ini tak sekedar ahli teori pengembangan UKM, namun juga praktisi UKM yang telah membawa beberapa
produk Indonesia ke mancanegara.
Dari kegiatan pelatihan ini, saya mendapatkan beberapa
kisah inspiratif bagi calon wirausahawan.
Semoga bermanfaat.
PRODUK PESERTA PELATIHAN UKM KAB.BOGOR BERBASIS PERTANIAN
(DOKUMEN PRIBADI RINRIN JAMRIANTI)
Produsen
Kalap
Sebut saja namanya Ibu Noni. Beliau memproduksi dendeng daun singkong secara besar-besaran untuk dititipkan ke Galeri UKM
Kabupaten Bogor. Tentunya beliau
mengharapkan keuntungan besar dari hasil konsinyasi dengan pihak Galeri.
Pak Dodi sempat mempertanyakan aksi
‘kalap’ Bu Noni. “Ibu yakin dendeng daun
singkong sebanyak ini akan laku?”
“Pasti laku, Pak. Soalnya kalau saya jualan di kantor kecamatan
cepat habisnya,” tegas Bu Noni, penuh keyakinan.
Ternyata dendeng daun singkong Bu
Noni tidak laku walau telah dipajang berbulan-bulan. Mungkin penganan semacam itu belum jamak bagi
kebanyakan orang. Akibatnya Bu Noni
harus menelan kerugian besar.
Menurut Pak Dodi, pelaku UKM
sebaiknya melakukan tes pasar untuk menguji penerimaan masyarakat
terhadap produk mereka. Tidak disarankan
melakukan tes pasar di kantor kecamatan.
Karena Camat beserta staf kemungkinan terpaksa membeli produk UKM di
wilayah kerja mereka. Motifnya karena kasihan atau wujud
tanggung jawab seorang Aparatur Negara.
Lantas bagaimana caranya agar produk
kita laku di pasaran? Marilah kita teladani
perjuangan Mbak Rizka Wahyu Romadhona dalam membesarkan Lapis Bogor Sangkuriang.
Warga Jabodetabek pasti sudah tak asing lagi dengan bolu lapis nan
nikmat itu. Sebelum melempar produk ke
pasar, Mbak Rizka memodifikasikan resep lapis surabaya yang beliau dapatkan
dari ibunya. Tak tanggung-tanggung,
beliau mengadakan percobaan tiga kali seminggu selama sebulan. Artinya beliau melakukan dua belas kali
modifikasi resep.
Mula-mula para kerabatnya yang
dipercaya untuk mengkritisi rasa kue.
Setelah rasa kue sesuai selera kerabatnya, Mbak Rizka melakukan uji rasa
pada tetangganya. Ternyata mereka menyukai kue buatan Mbak
Rizka dan langsung memesannya. Kemudian Mbak
Rizka memperluas pasar kue pada teman kuliah, kelompok pengajian, komunitas
enterpeuneur dan Instansti Pemerintah.
Dalam hal kemasan, semula Mbak Rizka masih memakai kemasan transparan yang dibeli di pasar. Kemudian Mbak Rizka membuat kemasan kardus dengan desain menarik. Ternyata penjualan meningkat setelah Mbak Rizka mempercantik kemasan produknya.
Lupa
Mematenkan Merk Produk
Rekan Bu Rinrin Jamrianti sukses
mengelola usaha (tidak dijelaskan bentuk usahanya). Sebut saja namanya Pak Untung. Saat
memulai usahanya, Pak Untung hanya mempekerjakan dua orang karyawan. Sembilan tahun kemudian, usahanya berkembang
pesat hingga jumlah karyawannya lebih dari seratus orang. Karena bisnisnya berjalan lancar, Pak Untung
mengabaikan aspek legalitas produknya.
Suatu hari, datanglah seorang pria ke
kantor Pak Untung. Pria tersebut membawa
dokumen yang menyatakan Hak Paten Merk produk Pak Untung adalah miliknya. Dokumen tersebut sah karena dikeluarkan oleh
Departemen Kehakiman (sekarang menjadi Kementerian Hukum dan HAM). Sang ‘penipu’
lantas memaklumatkan dua hal kepada Pak Untung, yaitu :
a.
Produksi harus dihentikan;
b.
Mengganti kerugian non material dengan jumlah
tak terhingga.
Pak Untung tidak memiliki kekuatan hukum. Ia terpaksa memenuhi tuntutan pria itu. Seluruh aset usaha Pak Untung dijual untuk mengganti kerugian immaterial sesuai tuntutan sang ‘penipu’. Jadilah Pak Untung pailit dalam waktu singkat karena lupa mematenkan merk produknya.
Tentunya anda tak ingin bernasib seperti Pak Untung. Segeralah patenkan merk produk anda. Informasi lengkap mengenai cara mematenkan produk dapat anda klik di sini
Kurang Perencanaan Usaha
Bu Julia (bukan nama sebenarnya)
piawai membuat telur asin yang enak.
Telur-telur buatan Bu Julia terlihat menarik karena dikemas dalam wadah
eksotis. Produk Bu Julia tersebut dipasarkan
melalui galeri UKM Kabupaten Bogor dan tergolong cepat laku. Sayangnya, Bu Julia berhenti menyuplai telur asin ke galeri karena
bebek-bebeknya berhenti bertelur (halah, ternyata bebek pun pandai berdemo,
ya?)
Menurut Pak Dodi, kasus Bu Julia akibat kurangnya perencanaan
usaha. Semestinya para wirausahawan melakukan
perancanaan usaha yang meliputi penyediaan bahan baku, kapasitas produksi,
serta penetapan target pasar. Dengan
demikian tidak ada istilah berhenti produksi.
Produk
laku tapi tak menghasilkan
Pak Yunus (bukan nama sebenarnya)
telah setahun memproduksi minuman sari buah.
Produknya cukup digemari hingga beliau harus merekrut pegawai untuk meningkatkan
kapasitas produksi. Sayangnya, Pak
Yunus tidak merasakan laba penjualan produknya.
Uang yang terkumpul habis untuk kebutuhan produksi dan upah
pegawai.
Kasus seperti Pak Yunus ini banyak
terjadi pada pelaku UKM. Kebanyakan
pelaku UKM kurang piawai memperhitungkan harga jual produk. Semestinya harga jual produk dihitung
berdasarkan akumulasi biaya produksi, biaya penyusutan aset, biaya
transportasi, upah pegawai beserta laba.
Dengan demikian, pelaku UKM dapat merasakan keuntungan optimal dari
penjualan produknya.
Berdasarkan pengamatan Bu Rinrin Jamrianti, umumnya pelaku UKM menyatukan kas usaha
dengan dana pribadi. Akibatnya sulit
untuk mengetahui apakah usaha mereka menguntungkan atau malah merugikan. Sebaiknya pelaku UMKM memisahkan antara
keuangan usaha dan keuangan pribadi. Lebih
baik lagi bila ada pemisahan rekening bank untuk kepentingan usaha dan pribadi. Dengan demikian akan memudahkan pelaku
UKM dalam melakukan pembukuan usaha.
Bagi para pelaku UKM Kabupaten Bogor
yang ingin belajar pembukuan usaha dan cara perhitungan harga jual secara
gratis, dapat mengunjungi Galeri UKM Kabupaten Bogor. Galeri ini berlokasi di Jl. KSR Dadi
Kusmayadi, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Berdekatan dengan Kantor Pembayaran Pajak
Pratama Wilayah Cileungsi.
Demikian sekelumit kisah dari saya. Tentunya kisah ini jauh dari sempurna. Saya menantikan komentar dari netter yang hendak menambahkan tip dan
trik bagi calon wirausahawan. Terima kasih karena telah membaca pepesan
kosong ini. Semoga sukses berwirausaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar